Come and See My World

Kelekatan dan Komunikasi Pada Anak


Communicating
Satu lagi ilmu baru yang saya dapatkan dari pertemuan wali murid di KB Al Firdaus Sabtu (2/2) lalu. Dalam pertemuan tersebut dipaparkan satu topik menarik yang dibawakan oleh seorang wakil dari Yayasan Al Firdaus, Ibu Titik. Saking menariknya, sampai saya merasa harus mengikat ilmu ini dengan menuliskannya disini lalu membagikannya untuk semua. Sebuah bahasan tentang apa itu kelekatan dan apa pengaruhnya terhadap perkembangan psikologi anak. Berikut rangkumannya.

Pola hubungan antara orangtua dan anak pada masa bayi dan kanak-kanak sangat menentukan pola kepribadian dan hubungan antar-pribadi pada masa dewasa. Salah satu unsur pola hubungan yang penting antara orangtua dan anak pada masa bayi dan kanak-kanak disebut pola pertautan (kelekatan). Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, dalam hal ini biasanya orangtua. Hubungan ini akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti ibu.


Seorang anak dapat dikatakan lekat pada orang lain jika memiliki ciri-ciri antara lain:

  1. Mempunyai kelekatan fisik dengan seseorang.
  2. Menjadi cemas ketika berpisah dengan figur lekat.
  3. Menjadi gembira dan lega ketika figur lekatnya kembali. Orientasinya tetap pada figur lekat walaupun tidak melakukan interaksi. Anak memperhatikan gerak, mendengarkan suara dan sebisa mungkin berusaha mencari perhatian figur lekatnya.

Tiga konsep dasar kelekatan:

  1. Kelekatan berfungsi sebagai suatu bentuk pertahanan terhadap yang jahat. Sehingga ketika anak dekat pada figure lekatnya (ibu atau pengasuhnya), dia akan merasa aman dan terlindungi.
  2. Perasaan aman yang dihasilkan dari kelekatan yang positif memiliki hubungan erat dengan kemampuan untuk mengembangkan kreatifitas dan eksplorasi (menguasai lingkungan). Anak-anak yang mendapat pemenuhan kebutuhan kelekatan, akan memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi. Sehingga pada masa remaja, anak akan memiliki kemampuan untuk bergaul, mempercayakan diri kepada orang lain, dan memiliki hubungan sosial yang sehat.
  3. Kelekatan bukanlah kebutuhan anak yang memungkinkan terjadinya pertumbuhan anak lebih cepat, tetepi merupakan kebutuhan yang terpendam sepanjang hidup manusia. 

Sikap orangtua dan pola kelekatan pada anak:
  1. Memberi repon yang konsisten.
  2. Secara konsisten tidak memberi respon.
  3. Memberi respon yang tidak konsisten.
Berdasarkan pengamatan, ditemukan adanya berbagai sikap orangtua terhadap anak, yang sering kali mengakibatkan anak berperilaku berbeda, yaitu:
  1. Orangtua dari anak yang memberi respon dengan cepat ketika anak menunjukkan tanda-tanda distress (menderita, sedih). Mengajak anak bermain bersamanya, dan secara umum lebih memperhatikan akan kebutuhan anak, maka anak akan merasakan kondisi yang aman.
  2. Orangtua yang bersikap kasar dan hanya memberikan respon pada anak ketika anak mengalami kesedihan atau kegelisahan, maka anak akan protes pada sikap orangtuanya tersebut. Dan bila ada orang lain datang memberi perhatian atau memeluknya, maka anak tersebut akan menolaknya atau menerima tetapi dengan sikap yang gelisah, gugup dan takut.
  3. Orangtua yang cenderung kurang memenuhi kebutuhan anak, seringkali mengabaikan anak ketika jelas anak mengalami kesedihan, maka anak tidak dapat ditentramkan kecuali orangtuanya memberi perhatian kembali, dan anak biasanya akan membenamkan diri dalam pangkuan atau melekat erat (seakan tidak ingin lepas lagi).
Kelekatan berpengaruh pada kemampuan komunikasi dan menjalis persahabatan

Pembentukan kelekatan orangtua terhadap anak pada masa kecil mempengaruhi kemampuan anak menjalin persahabatan pada masa dewasa. Maka dapat dikatakan bahwa, kesuksesan menjalin hubungan interpersonal atau persahabatan seiring dengan pola hubungan orangtua dan anak pada masa anak tersebut masih bayi. Hal ini terjadi karena kelekatan pada dasarnya adalah kelekatan hubungan emosi yang membentuk kesan yang mendalam.

Kesan yang menyenangkan anak yang dihasilkan oleh sikap ibu yang secara konsisten memberi respon yang dibutuhkan anak, akan membuat anak hingga dewasa memiliki tiga aspek pola dasar dalam membangun hubungan yang efektif, yaitu:

  1. Tidak ragu-ragu untuk datang atau bertemu dengan orang lain. Hal ini dapat terjadi karena pengalaman mereka selama ini menyatakan, bahwa orang yang dibutuhkannya akan datang, dan bila tidak datang pun mereka memiliki keyakinan bahwa suatu saat akan datang kembali.
  2. Perasaan aman. Perasaan ini adalah salah satu penentu kualitas sebuah komunikasi. Perasaan aman memungkinkan seseorang berani mengungkapkan kemauan, perasaan dan pemikiran. Ia tidak merasa malu dan takut ditertawakan ketika mengungkapkan pemikiran, perasaan dan kemauan dengan kata, ekspresi wajah dan gerakan tubuh.
  3. Lebih bersikap positif, optimis terhadap diri dan orang lain. Mampu berkomunikasi dengan penuh percaya diri dan cenderung untuk mempertahankan pola kelekatan yang ia miliki. 

Nha, dari uraian tersebut di atas, bisa saya simpulkan bahwa kita sebagai orangtua harus secara konsisten memberikan respon terhadap setiap apa yang dibutuhkan oleh anak. Merespon dalam hal ini tidak sama dengan memenuhi atau mengabulkan semua keinginan dan permintaan anak. Dengan secara konsisten memberikan respon, maka kebutuhan anak akan rasa aman terpenuhi, dan selanjutnya ia akan lebih memiliki rasa percara baik pada diri sendiri maupun lingkungan.

Comments

  1. mantap mbak.. mencerahkan.
    maturnuwuuun.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe... gunanya sering gaul di sekolahnya anak ni, jadi dapet oleh2 yang semoga bermanfaat.

      Delete

Post a Comment

Popular Posts