Come and See My World

Pengalaman Pertama Menabung di Bank

Sibuk mengamati buku tabungan
Saking seringnya anak-anak ikut ayah atau bunda ke ATM untuk melakukan tarik tunai, rupanya berdampak pada pergeseran makna dan fungsi ATM dari hakekat yang sebenarnya di benak anak-anak. Dari sebuah alat yang berfungsi untuk mempermudah nasabah melakukan penarikan tunai atas simpanan saldo dalam rekeningnya, bergeser menjadi sebuah cara mudah memdapatkan uang jika simpanan uang di dompet ayah atau bunda sudah habis. Anak-anak mengira jika ayah bundanya kehabisan uang, maka solusinya adalah cukup datang ke mesin ATM, masukkan kartunya, lalu keluarlah sejumlah uang sesuai keinginan. Hadeeeh… Kalian telah salah sangka, nak. Untuk mendapatkan uang sejatinya tidaklah semudah itu. Ada proses panjang yang harus dilalui sampai akhirnya uang itu bisa ada di ATM, siap untuk ditarik. Jelas, ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, harus segera diluruskan, hehe.

Beberapa diskusi panjang dengan anak-anak menjelaskan bagaimana kita bisa mendapatkan uang dari mesin ATM sudah sering digelar. Dari proses ayah bunda mendapatkan uangnya terlebih dahulu, yaitu dengan bekerja dari pagi hingga sore, lalu menunggu satu tanggal keramat setiap bulannya untuk mendapatkan upah sebagai hasil yang diperoleh dari kerja yang dilakukan sebulan sebelumnya dalam bentuk uang yang tersimpan dalam Bank, demikian seterusnya, sudah kami jelaskan. Namun rasanya memang masih kurang greget jika belum ditambahkan pembelajaran langsung melalui sebuah praktek. Untuk itu, bunda mengagendakan sesi belajar menyimpan uang di Bank dalam liburan sekolah kali ini. Iya, harus diagendakan secara khusus, karena jam kerja Bank sama dengan jam kerja Bunda, hehe. So, bunda khusus mengambil cuti satu hari demi terlaksananya agenda pembelajaran ini.

Tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Hari senin, setelah menjemput dik Sasha dari sekolah, kami berencana untuk mampir ke Bank untuk belajar menabung. Azzam begitu bersemangat. Buku tabungan tak lepas dari genggamannya selama di perjalanan, hingga seluruh detail tulisan yang tertera dalam buku tabungan tersebut habis ia baca dan ia tanyakan apa maksudnya. Memasuki area parkir Bank, nyali bunda mendadak menciut melihat begitu banyaknya manusia yang mengantri hingga memadati teras bank. Membayangkan betapa lamanya waktu antri yang harus kami lewati, membuat bunda menawarkan opsi untuk menunda agenda menabung di lain hari. Dan jelas saja, langsung dijawab dengan tangis ‘gero-gero’ Azzam. Azzam sudah sangat ingin menabung di Bank, mana mungkin mau ditunda untuk dialihkan ke hari lain. Jelas tak mau lah. Ok, akhirnya kami tetap melanjutkan rencana, demi meredanya tangis pilu mengharukan itu.

Bayangkan, kami mendapatkan nomor antrian 158, sedangkan nomor yang dipanggil petugas teller baru sampai nomor 90-an. Kalau tidak demi senyum ceria dan sebuah pengalaman berharga untuk Azzam ku, jelas bunda sudah angkat bendera putih, menyerah. Yah, Azzam begitu ceria saat mengambil nomor antrian, senyumnya terkembang lalu sibuk menyelidik angka yang tertera di kertas sambil membandingkan dengan angka pada layar monitor di dekat meja teller. Bunda kemudian menggiring mereka ke meja tempat mengisi form setoran yang berada di sudut ruangan. Sayang mejanya terlalu tinggi untuk Azzam, jadi ia tidak dapat mengisi sendiri form setorannya. Selesai mengisi, form setoran dan satu lembar uang seratus ribu bunda selipkan ke dalam buku tabungan dan menyerahkannya pada Azzam dan Sasha, lalu segera mengambil tempat duduk untuk mengantre. Saya upayakan untuk duduk dengan santai meskipun tetap menyimpan satu kekhawatiran di dada, bahwa mereka akan segera bosan karena lama menunggu, lalu mulai mengajukan permintaan-permintaan tidak masuk akal sebagai aksi protes mereka. Oh no!!!

Namun tampaknya Alloh sungguh menyayangi saya, sangat sayang. Tak seberapa lama duduk mengantre diantara puluhan nasabah lain yang juga sedang mengantre, seorang petugas mendatangi saya dan menanyai dengan sopan “Ibu akan melakukan transaksi di atas 10 juta atau di bawah 10 juta?”. Kujawab “Cuma mo nabung seratus ribu saja,Pak”. “Untuk transaksi di bawah 10 Juta, silakan langsung menuju teller paling ujung itu, Ibu, silakan antri di belakang bapak itu”, kata si petugas sambil menunjuk teller khusus dengan 5 orang berdiri di depannya mengantri. Mungkin Bapak petugas itu merasa iba melihatku dan anak-anak yang dengan bahagianya menenteng-nenteng buku tabungan bergambar karakter kartun (jelas tabungan untuk anak-anak) dengan satu lembar seratus ribuan yang nyembul terselip di dalamnya. Sepertinya ia tak tega membiarkan kami mengantre untuk waktu yang pasti akan sangat lama hanya untuk seratus ribu!! Hehe. Kami segera berpindah, menuju teller yang ditunjuk oleh Bapak tadi. Dan kamipun hanya menunggu sekitar 10 menit untuk akhirnya benar-benar berada di hadapan si mbak teller yang cantik bernama Nadia.

Lagi-lagi, meja tellernya masih terlalu tinggi untuk Azzam. Bundalah yang harus menyerahkan buku tabungan dan slip setorannya. Azzam menarik-narik baju bunda, tanda ingin tahu apa yang ada di balik meja. Untuk memuaskan rasa penasarannya, kugendonglah Azzam agar ia leluasa melihat apa saja yang ada di balik meja teller. Mbak Nadia melayani kami dengan ramah dan menyenangkan. Tak butuh waktu lama, ia mengembalikan buku tabungan yang telah terisi berikut copy slipnya kepada Azzam. Kami pun bergegas berjalan keluar meninggalkan Bank tersebut. Sesaat kami keluar melewati pintu, Azzam berkata pada adiknya, Sasha dengan sumringah “Dik, seru ya, Dik?”. Azzam terlihat begitu bersemangat. Bundapun jadi merasa senang karena bisa memberikan pengalaman yang menyenangkan untuknya. Bahagia bisa menemani anak-anak belajar mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru dalam suasana yang tidak jauh-jauh dari nuansa bermain. Ditanya sang kakak, Sasha yang sedari tadi tampak datar-datar saja menjawab dengan mantap “Enggak..” *Gubrak!!

Sekarang, Azzam jadi lebih tahu. Ia jadi tahu nama-nama profesi yang ada di Bank berikut tugasnya, seperti  petugas Satpam, Teller, Customer Service. Ia juga mengenal istilah-istilah perbankan sederhana, seperti saldo, rekening, tunai, dll. Dan yan terpenting, Ia jadi tahu dari mana sebenarnya uang dalam ATM itu berasal. Ia jadi tahu, bahwa mendapatkan uang di ATM tidaklah semudah seperti penampakannya. Bahwa uang dalam ATM itu merupakan simpanan kita sendiri, yang kita peroleh dari usaha yang kita lakukan sebelumnya. 

Comments

  1. Dek, kalo tabungannya udah ngumpul banyak, ga afdol kalo ga traktir tante eskrim..

    ReplyDelete
  2. Kabeh komen kok isine mung babagan mangan, hihihi

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts