Come and See My World

Tita si Ratu Unik

Tita ompong
Setiap anak, adalak unik. Tidak bisa disamakan dan diperbandingkan. Demikianlah potret bagaimana kami mengasuh tiga anak yang ketiga-tiganya punya sisi unik masing-masing. Jika sebelumnya sempat punya pikiran, makin banyak anak, maka pengasuhannya akan lebih mudah, karena sudah lebih berpengalaman dari proses anak-anak sebelumnya. Ternyata tidak, sodara-sodara! Buktinya, Tita! Kami tidak bisa membuat ‘template’ pola asuh kakak-kakaknya untuk diterapkan pada Tita. Apa yang dulu berhasil untuk mengatasi masalah si pertama Azzam, kini tidak bisa digunakan lagi pada Tita. Metode yang dulu pas untuk si kedua Sasha, tidak lagi mulus diterapkan pada Tita. Tita benar-benar unik. Dan menarik! *sambil geleng-geleng kepala dan elus-elus dada.

Ratu Iseng
Diusianya yang baru 2,5 tahun ini, Tita sudah mencatat banyak kecelakaan yang disebabkan oleh tingkah polahnya yang diluar nalar kami, para dewasa. Kira-kira dua bulan lalu, seperti biasa, setiba Bunda di rumah, semua berhamburan keluar rumah menyambut kedatangan Bunda. Semua aman sampai saat Bunda menarik pintu pagar untuk ditutup, lalu mungkin karena terdorong oleh rasa penasarannya, Tita memasukkan kaki mungilnya di sela-sela roda pagar yang tengah berjalan. Dan…untungnya Bunda segera menyadari apa penyebab pagar mendadak macet. Rupanya kelingking kaki kiri Tita menghambat laju roda pagar, nyaris terlindas. Innalillaahii…pecah sudah tangisnya. Tak terbayangkan, betapa sakit kakinya saat itu…

Tak lama berselang, mungkin sebulan setelah kejadian kaki tergilas pagar, Tita kembali melancarkan aksi iseng yang memicu adrenalin ayah bundanya. Kali ini ia tengah asik main bersama kakak-kakaknya. Lalu ia berinisiatif untuk menutup wajahnya dengan selimut lalu berjalan dengan gaya menakut-nakuti kakaknya “haaanntuuu…haannnttuuu!” dan duuk!. Tita menabrak meja dan langsung menangis sejadi-jadinya. Kali ini, bunda harus membawanya ke dokter gigi dan merelakan satu gigi susunya tanggal sebelum masanya.

Ratu Tantrum
Yang terbaru, sepertinya Tita sedang dalam fase getol-getolnya melakukan agresi. Agresi ia lancarkan dengan menggelar aksi menangis sejadi-jadinya tanpa ada yang tau apa penyebabnya, dan menolak semua upaya perdamainan yang kami tawarkan. Awalnya Cuma minta minum air putih. Lalu air putih ditumpahkan ke baju, sampai basah kuyub. Lalu minta ganti baju. Sudah dilepas bajunya, lalu ujug-ujug menolak dikenakan baju gantinya. Bunda yang sudah kadung gemes dan ga mau dikalahkan oleh bayi dua tahun ini, tetap merayu sekuat tenaga agar ia mau memakai baju kembali. Akhirnya setelah bersusah payah, Cuma berhasil memakainan kaos singlet dan celana saja. Ya wis, bunda ngalah. Bunda malas memperpanjang konflik karena Bunda masih harus ngepel lantai yang basah karena tumpahan air putih tadi. Belum selesai ngepel lantai, Tita minta es krim. Di kasih eskrim, minta susu, permen, dan seterusnya sampai akhirnya bunda ‘mutung’. Nhah…pada saat itulah Tita memulai aksinya, nangis sejadi-jadinya. Oke, jadi yang salah bunda ini ya, kenapa juga mutung. Kenapa ga sedikit lebih bersabar lagi. Hadeeh….ini memang ujian kesabaran yang amat berat buat bunda ya, hehehehe. Astaghfirullooh…

Biasanya, setelah bunda istighfar seratus kali (versi lebay), bunda sudah mulai bisa menguasai diri, lalu menghampiri Tita, dan memeluknya (tapi asli, ati masih nggondok sebenarnya). Mungkin karena sudah capek nangis, dan merasa menang kalinya, Tita menghentikan tangisannya. Dan kamipun berdamai…

Ratu Protes
Kami para dewasa, harus lebih berhati-hati jangan sampai melakukan hal diluar rutinitas, jika tidak ingin disemprot Tita. Yangti, yang kebetulan ukuran sandalnya sama dengan sandal baru Azzam, iseng-iseng pergi ke warung pake sandal Azzam. Tampaknya yangti kurang beruntung siang itu, karena aksi beliau kepergok Tita. Tita spontan membombardir yangti dengan serentetan pertanyaan seputar kepemilikan sandal itu. “Yangti, kok pake sandal itu to?”, “itu sandal siapa?”, “itu kan sandal mas Azzam?”. Tita Terus mengintrograsi Yangti sambil mengikuti dari belakang hingga tiba di warung. Dan sejak itu, Yangti ogah pake sandal yang bukan sandal Yangti sendiri. Trauma, katanya. Hehehe.

Yah memang, semua yang tak lazim dilakukan, pasti akan dikomentari oleh Tita. Dari yang makan harus sambil duduk, mbaca ga boleh sambil tiduran, bahkan soal kostum yang dikenakan, jika tak sesuai pasti di protes.

Ratu Perhatian
Terlepas dari segala aksinya yang menuntut kesabaran dan perhatian lebih, Titalah yang paling care, paling perhatian dan paling responsive. Terhadap Yangkung, Tita yang pertama mengambilkan jatah roti dan langsung mengantarkan ke kamar Yangkung dan dengan mesra menyerahkannya “ini, Kuuung, roti buat Yangkung”. Selalu begitu, tiap bunda pulang membawa buah tangan. Saat kakak sakit, dan bunda harus meminumkan obat, Tita akan berlari sigap mengambilkan air putih untuk kakanya. Saat menjelang tidur, bunda bersiap merapikan tempat tidur, tanpa disuruh Tita sudah berdiri dibelakang bunda dengan sapu ‘tebah’ ditangannya. Waarbiassaaa! Tita tau yang bunda mau. Hehe.


Pointnya adalah, Tita ini memiliki tingkat kecerdasan di atas kakak-kakaknya sehingga kami orang tuanya juga harus mengimbanginya dengan kreativitas dalam pola asuh yang plus-plus dan kesabaran ekstra tinggi. Peringatan, negosiasi dan upaya-upaya jalan tengah lainnya tampaknya tak cukup untuk memahamkan Tita akan sebuah peristiwa dan segala konsekuensinya. Tita merasa semua hal harus ia coba , alami dan rasakan sendiri terlebih dahulu, supaya ia bisa langsung rasakan dan alami akibat dan pengaruhnya bagi dirinya. Maka tak jarang banyak insiden yang mewarnai proses tumbuh kembang Tita. Banyak tingkah sekarang ga papa, Nak, yang penting besok tetep sholehah yaa… *kiss kiss

Comments

Popular Posts