Twin to Twin Transfusion Syndrom: Azzam VS Abian
pic source: mombaby.org |
Saya mengenal istilah Twin to Twin Transfusion Syndrom (TTTS) pada
saat saya mengandung Azzam dan saudara kembarnya. Terdengar keren, tapi itu
adalah sebutan untuk sebuah penyakit plasenta pada kehamilan ganda, biasanya
monokorion (plasenta tunggal) yang menjadi sebab saya kehilangan satu janin
yang saya kandung.
Bahagia luar biasa, saat dokter
mengabarkan seraya menunjukkan gambar USG di monitor bahwa kami akan memiliki
sepasang bayi kembar. Terlihat jelas di monitor dua titik yang berkedip-kedip,
tanda ada dua detak jantung yang menghuni rahimku. Bayangan serunya bermain
dengan dua bayi yang menggemaskan langsung menghiasi benak kami. Hingga kunjungan
ke dokter pada usia kandungan ke 5 bulan, kami masih sangat bersemangat,
terlebih saat itu dokter menunjukkan jenis kelamin si kembar, dua bayi laki-laki!.
Senangnyaa!!.
Kesenangan berubah menjadi kesedihan, saat kandungan memasuki usia bulan ke 7. Tak sengaja beberapa hari sebelum hari kunjungan ke dokter, saya menemukan sebuah artikel seorang ibu di Amerika yang menceritakan pengalamannya kehilangan kedua bayinya karena TTTS. Ternyata apa yang dialami oleh ibu itu terjadi pada saya. Kunjungan dokter malam itu agak berbeda. Biasanya sang dokter mengoperasikan USGnya dengan ekspresi datar, dan hanya sebentar. Tapi saat itu, dokter berulang kali memencet-mencet tombol pada alat untuk menguba-ubah tampilan di monitor, dengan mengernyitkan dahi, dan lebih lama dari biasanya. Rupanya dokter sedang memastikan bahwa detak jantung bayi ke dua kami sudah tidak ada lagi.
Dokter dengan sangat berhati-hati
merangkai kalimat untuk menunjukkan kenyataan pahit itu. Tampak sekali usahanya
untuk menyampaikan berita buruk itu sedemikian rupa sehingga tidak membuatku
langsung terpuruk, karena paling tidak aku masih bisa berkesempatan untuk
memiliki bayi yang pertama. Alhamdulillah, saat itu kami masih bisa menguasai
diri, tidak langsung terhanyut. Sayapun sempat menanyakan serentetan pertanyaan
kepada dokter, tentang kenapa? Bagaimana ini bisa terjadi? Apa yang salah
dengan saya?
Dokter menjelaskan dengan sabar
dan dengan bahasa sederhana sehingga mudah saya pahami. Tidak ada yang salah
dengan saya, dengan apa yang saya makan, atau dengan apa yang telah saya
lakukan selama kehamilan berlangsung. Janin ke dua kehilangan kesempatannya
untuk hidup karena Twin to Twin
Transfusion Syndrom. Tidak ada makanan atau aktivitas yang bisa memicu
munculnya TTTS ini. Karena TTTS adalah kelainan pada plasenta. Janin kembar
saya hanya memiliki satu buah plasenta (monokorion). Sederhananya, kedua janin
harus berbagi satu buah sumber makanan untuk bertahan hidup. Dan dalam kasus
saya, keduanya mendapat jatah yang tidak sama. Salah satu bayi mendapatkan suplai
makanan/nutrisi yang melimpah, sedangkan yang lainnya tidak. Aliran darahnya
pun abnormal. Satu janin menjadi recipient dan yang lainnya sebagai donor. Janin
pendonor mengalami pengurangan volume darah yang menyebabkan penurunan
pertumbuhan janin tersebut. Itulah sebab kami kehilangan salah satu bayi kami. Untuk
informasi lebih detail tentang bagaimana Twin
to Twin Transfusion Syndrom terjadi silakan tengok disini.
Pertanyaanku berikutnya adalah,
what’s next? Apa yang akan dilakukan pada janin yang sudah berhenti berkembang?
Lalu, bagaimana dengan janin yang masih baik-baik saja? Lagi-lagi, penjelasan
dokter membangkitkan optimisme kami setelah berbagai bayangan menakutkan
menghantui kami. Tidak ada operasi. Tidak ada pengangkatan terhadap janin yang
meninggal. Dokter hanya memintaku untuk
cek darah tiap dua minggu sekali, untuk mengetahui kemungkinan ada pembekuan
darah atau tidak guna memastikan janin yang telah meninggal tidak mengalami
pembusukan. Diharapkan hal tersebut tidak terjadi, tetapi jika terjadi juga,
maka harus dilakukan operasi untuk menyelamatkan janin yang masih hidup, untuk
menghindari kontaminasi dari pembusukan tersebut. Alhamdulillah, janin yang
sudah tidak berkembang tidak mengalami pembusukan, hanya mengecil. Dua minggu menjelang
HPL (Hari Perkiraan Lahir) proses kelahiran terjadi secara normal. Bayi pertama
lahir dengan selamat, diikuti dengan keluarnya janin kedua yang sudah meninggal
dan mengecil hingga ukurannya hanya sebesar timun kecil saja beberapa detik
kemudian.
Syukur Alhamdulillah akhirnya
kami bisa menimang Azzam Syahdan Muhammad, meskipun saudara kembarnya yang kami
namai Abian Yusuf Muhammad tidak dapat bertahan. Senang bisa merasakan sensasi
mengandung janin kembar, meskipun hanya beberapa saat, dan juga senang berkesempatan
untuk mempelajari pengalaman berharga tersebut.
Mengenang 9 Februari 2009.
“Abian, Semoga kelak ayah bunda
bisa menjumpaimu di syurga, anakku…. Insyaallah, aamiin.”
Bu, dulu aku juga mengalaminya bu.. Waktu kehamilan pertaman dokter menyatakan ada 2 janin dalam rahimku( usia sekitar 8 w, tp setelah 4 bulan, udah ga ada lagi, tp dokter ga menjelaskan apa2. setelah baca artikel ini baru tau ternyata Twin to Twin Transfusion syndroms
ReplyDeletePengalaman yang berharga ya, bunda...
DeleteIstri saya skrg hamil 33 minggu. Kemarin di usia 31 minggu salah satu janin meninggal. Masih nunggu usia 37 minggu untuk c section.
ReplyDeleteTetap semangat, pak. dan Semoga terus diberikan kelancaran dan kemudahaan sampai kelahiran nanti, aamiin...
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteAlhamdulillaah...anak saya udh lahir melalui persalinan normal. Skrg sdh umur 16 bln..pengalaman yg sgt2 mendebarkan tp jg sgt berharga.
DeleteAssalamualaikum mba, terima kasih ceritanya. Saya juga sedang hamil kembar 12 minggu. Mba Kalo boleh tahu, apa saat pemeriksaan rutin bulanan usg dokter tdk mendapati adanya TTTS itu mba? Maksudnya jika diketahui dari awal mgkn bisa diatasi sejak diniT lewat operasi TTTS. TTTS itu bisa diketahui karena bayi A lebih besar dari Bayi B dan sebaliknya ya mba, begitu kan ya mba? Saya jg agak khawatir krn kata dokter Saya hamil 2 kantung 1 plasenta. Terima kasih ya mba buat pembelajaran Saya ceritanya.
ReplyDeletemaaf mbak, baru merespon pesan mbak Dewi. Betul, mbak, jika terdeteksi dari awal tentu bisa diupayakan langkah-langkah mengatasinya. Namun dalam kasus saya, pemeriksaan rutin setiap bulannya, utamanya pada trimester pertama menjelang kedua, semua tampak aman dan terkendali. Dokter tidak menemukan hal-hal mecurigakan. beratnya masih sama, pergerakannya juga masih terpantau bagus. hingga dipemeriksaan bulan ke 6 menuju 7 bulan. dokter sudah mendapati salah satu janin tidak lagi bergerak. wallahuallam.
Deletesemoga kehamilan mbak dewi sehat selalu ya mbak, tidak ada masalah sama sekali sampai duedate nanti. aamiin...
Hai mau tanya dong, saya juga hamil baby twins dan trrkena TTTS, meninggal 1 baby saya saya juga dikehamilan 6 bulan, saya mau tanya dong dulu sempat cek MRI gak pas hamil? Saya baru saja dari dokter feto
ReplyDelete