SMP N 3 SKA-ku Dulu dan Kini
Plis, fokus ke backgroundnya saja, ya |
Tak direncana, tak pula diagendakan jauh-jauh hari
sebelumnya. Seorang teman masa SMP tiba-tiba mengirimkan pesan singkat berniat
menjumpaiku di kantor lalu mengajakku menemui beberapa guru di SMP kami tercinta
dulu, SMP N 3 Surakarta.Dialah Rini, karibku semasa SMP yang masih saja
tetap sama, tak berubah, tetap cantik dan selalu tampil ceria dengan celetukan dan candaan-candaan yang super
kocak. Yak, hanya berselang 15 menit setelah pesan ku balas, kami sudah bertemu
muka. Seorang lagi teman yang sekarang sudah sukses di pulau Dewata, Seno,
turut bergabung bersama kami. Pecah sudah kehebohan siang itu. Serasa baru kemarin
kami masih ketawa ketiwi dengan dress code biru putih, tak terasa sudah 15
tahun lebih lamanya kita tidak bersua.
Misi utama kami siang itu adalah ingin menjumpai Kepala
Sekolah, yang saat ini dijabat oleh Pak Yanuar. Guru yang 15 tahun lalu
mengajar Geografi, dengan gayanya yang khas di muka kelas, gaya
malu-malu kucing, kini menjadi Kepala Sekolah. Bangganyaaa… J Oke, kembali ke misi. Kami
bermaksud meminta data daftar nama teman-teman alumni seangkatan kami, sebagai
modal dasar kami mewujudkan rencana reuni akbar nantinya. Dan ternyata, misi
gagal, karena semua guru sudah pulang. Kami lupa bahwa minggu ini adalah
masanya class meeting, sehingga jam sekolah dipersingkat. Yaah…sudahlah. Kami tetap
bisa hore-hore menikmati suasana sekolah kami tercinta sembari mengenang
kembali kisah-kisah lucu kala itu, sambil selfi juga pastinya.
Bangunan gedung SMP 3 identik dengan bench mark “kandang jaran”.
Ruang-ruang kelasnya sempit memanjang mirip kandang kuda. Tapi tetep asik-asik
aja tuh, lebih hangat malah, karna desek-desekan, hehe. Alhamdulillah, bangunan
sekolah saat ini sudah totally different, dipugar abeeis. Bangunan dua lantai
gagah berdiri, dengan ruang-ruang kelas yang memadai dan ornament-ornamen yang
semarak dan kekinian. Selamat ya adek-adek tingkat!
Semua pasti ingat ruang praktikum elektro yang gelap, sempit
dan begitu tersembunyi. Tempat mayoritas anak laik-laki plus segelintir anak
perempuan yang memilih mapel pilihan elektro bereskperimen membuat radio. Radio
yang tak akan pernah selesai dirakit, karena semua lebih memilih memanasi tenol
untuk dibuat anting-anting dari pada memperhatikan petunjuk pak Zaenal yang
super sabar. Sekarang saya sendiri baru berpikir, kenapa dulu lebih memilih
elektro, bukan memasak atau merajut. Hadeeeh… Kini ruang itu tidak tampak lagi. Tergantikan ruang praktik komputer
yang jauh lebih mentereng.
Sayang kami tidak bisa menemukan ruang karawitan. Ruang yang
dulu menjadi saksi peristiwa horror dimana anak-anak yang tidak bisa menunjuk
nama gamelan dengan benar akan disabet dengan bilah bambu. Hadeeeh, coba kalo
sekarang, Pak, sudah jadi bahan bully-an di facebook kali, Pak. But anyway, we
still love you Pak guru karawitan *lupa namanya, maap, Pak..
Anak SMP 3 angkatan 97 pasti kangen berat sama kantin dan si
ibu kantin yang fenomenal, Bu Giyo. Tempat nongkrong paling mutakhir kala itu,
dengan menu jajanan karak sambel dan nasi bandeng plus layanan super ramah dari
bu Giyo, sudah pasti terekam jelas di memori semua alumni. Kini, kantin masih
berada di titik lokasi yang sama, tetapi dengan bangunan yang baru. Dan bu Giyo
sayangnya sudah tidak lagi jadi MD (Managing Director) di sana. Diteruskan oleh
putra beliau. Sehat terus ya Bu Giyo!
Kurang lebih sejam kami berkeliling di areal sekolah, sambil
mereka ulang tempat kejadian perkara peristiwa-peristiwa lucu yang khas ABG SMP
3 masa itu. Banyak hal berubah. Bisa dibilang semuanya menjadi baru, lebih
segar. Makin membuat kami bangga menjadi bagian dari Alumni SMP N 3 Surakarta.
Comments
Post a Comment