Knowing Every Particular Object: KEPO-in Anak
Suatu malam, setelah usai dengan
urusan menidurkan anak-anak, seperti biasa kembali ke luar kamar untuk
merapikan sisa-sisa hasil kerusuhan anak-anak bermain sore itu. Acara beres-beres
mendadak terhenti saat saya menemukan selembar kertas dengan sketsa hasil
coretan Azzam yang sedikit tidak biasa. Setiap harinya kami para orang dewasa
penghuni rumah harus membereskan kertas-kertas coretan Azzam yang bertebaran di
lantai minimal sehari 3 kali. Jika ada coretan yang menarik, otomatis langsung
saya foto untuk diabadikan. Kali ini, sketsanya makin unik saja, karena sudah
mulai ditambah dengan narasi.
Dalam sketsanya
kali ini Azzam menggambar sebuah mobil balap. Seperti biasa, bukan gambar yang
wow banget, tapi lebih kepada gambar yang detail banget. Sketsa-sketsa yang ia
gambar, selalu ia hasilkan dalam waktu yang sangat cepat. Goresannya ringan
namun mantap. Tak butuh penggaris ataupun penghapus. Karenanya, garis-garis
yang dihasilkan masih tampak tak rapi. Meskipun demikian, keseluruhan objek
tergambar dengan jelas, proporsional dan detail, sangat detail. Menariknya lagi,
kali ini saya sampai dibuat geli sendiri saat membaca narasi yang nyempil di
sela-sela sketsanya.
“Francesco berjalan secepat pesawat jet dan dia juga pernah juara 19 kali”
Buru-buru saya ambil kamera untuk
memotret kertas itu, lalu mendatangi ayah dan bertanya, “Yah, Francesco tu
siapa? Nama pembalap?”. Ayah mengangkat bahu, tanda tak tahu. Lalu berjalan
masuk kamar untuk melihat ke dinding yang penuh dengan tempelan sticker mobil
balap tokoh-tokoh dalam film Cars. Ayah lalu memberi tahu “oo…itu ada di film Cars,
bun, salah satu tokohnya!”. Ooowh… Francesco Bernoulli. Lalu pertanyaan saya
selanjutnya adalah “Di bagian mana Francesco ini muncul?” “Beneran, si Francesco
ini menang 19 kali?”, “Beneran, larinya secepat pesawat jet?” Aaah…film cars sudah
ribuan kali tanyang di TV, lalu bagaimana saya bisa tidak tau soal itu! *penting banget ya?
Selain soal sketsa Azzam yang
makin keren, tiba-tiba urusan ketidakpahaman saya tentang film cars menjadi
terasa amat penting bagi saya. Seketika saya merasa seperti kambing congek. Bahasan
anakku sudah kemana-kemana, sedangkan saya tidak bisa mengikuti. Bukan semata-mata
soal filmnya saja, melainkan dalam arti yang lebih luas. Sangat penting bagi
saya sebagai orang yang paling dekat dengan anak, untuk selalu tau apa
yang sedang diperhatikan oleh mereka. Untungnya hanya kecolongan untuk urusan
film cars, yang menurut saya tayangan tersebut masih cukup aman, jadi ga
terlalu gimana-gimana amat kalo ketinggalan berita soal Francesco Bernoulli. Namun
dari kejadian itu sudah sangat menyadarkan saya bahwa tidak boleh acuh tak acuh
pada setiap apa saja yang anak-anak kita lakukan, pikirkan dan katakan.
Disamping anak akan merasa senang
jika orang tua selalu nyambung dengan tema yang ia angkat, berusaha tau semua
hal yang digeluti anak akan mempermudah orang tua melakukan filter dan
proteksi. Alhamdulillah jika orang tua selalu bisa menyediakan sarana dan
fasilitas yang selalu positif untuk anak-anaknya, sehingga tanpa selalu ada di
samping anak, semua akan berjalan dengan aman dan terkendali. Namun bagaimana
dengan keberadaan TV, games, internet, di tengah-tengah ruang keluarga kita? Jawabannya
jelas, kita tidak bisa membiarkan anak-anak kita sendiri berteman dengan itu
semua. Lalu bagaimana kita bisa menentukan mana yang boleh dan mana yang tidak,
mana yang baik dan mana yang buruk jika kita tidak benar-benar menguasai ‘materi’nya.
Nhah, that’s the point.
Maka sepertinya sangat penting untuk selalu terlibat
dalam semua kegiatan anak. Tidak selalu dalam format menggurui bahkan
menghakimi barangkali, namun akan lebih fair
dan seru jika bentuk keterlibatan itu
diwujudkan dalam format friendship. Baca
semua bacaan yang anak baca. Tonton semua yang ditonton anak. Mainkan game yang
dimainkan anak. Dan berteman dengan teman-teman anak kita. Nampaknya itu yang
harus dilakukan. Tentu saja setelah melakukan sortir atas apa yang anak boleh
baca, tonton, maikan dan atas siapa yang bisa dijadikan teman. Bukan untuk ikut
larut dan hanyut di dalamnya, melainkan agar bisa membimbing dan memandu sang
buah hati agar tidak hilang arah.
Comments
Post a Comment