Laa Taghdob Walakal Jannah
5 yo Sasha: ”Dik Titaaa!! Hayo, kembalikan mainan kak Sasha!”
1 yo Tita : ….Cuma melongo……
“Duuh, kak..kok galak banget sih kak. Ga semua hal
harus sesuai dengan maumu kali, kak. Ga semua hal harus sama dengan
keinginanmu, sayang. Dik Tita masih bayi, dia belum mengerti apa yang kakak
bilang. Kalau ada yang Dik Tita lakukan dan itu membuat kamu tidak suka,
pelan-pelan di kasih tau dan di kasih contoh yang benar, jangan dimarah-marahin.”
Saya sadar sepenuhnya, ada sisi galak dalam diri saya. Namun
saat saya menyadari sisi negatif itu juga melekat terbawa dalam DNA Sasha,
sekuat tenaga saya belajar untuk menahan diri, menekan sebisa mungkin sisi
galak itu muncul, agar tak terlalu sering tampil dan terlihat oleh anak-anak,
kalau bisa sih langsung hilang sekalian. Terlepas dari betapa sulitnya
menepis karakter galak yang sudah nempel sejak lahir ini, saya masih terus
berusaha dan optimis, bisa tampil bak ibu peri saat menghadapi Sasha, even di
saat-saat yang paling bikin kepala mendidih #perbanyak istighfar “Astaghfirullooh”.
Ya, sasha memang “The Mini Me”. Tanpa disadari, dia
meng-copy style bundanya dengan sangat baik. Caranya mengutarakan pendapat dan
argument. Logatnya memarahi adik dan kakaknya. Ekspresinya saat melihat yang
tak ia sukai. Benar-benar sama. Bahkan sekarang, lebih ekstrim dari bundanya! Saat
ini sih masih terlihat lucu, karena masih balita. Tapi akan sangat tidak lucu
jika masih tetap galak kalo sudah SD nanti. *emaknya aja udah jadi anak baik
kok sekarang, hehe.
Baiklah. Sasha, ayo kita lebih giat belajar. Belajar tentang
cara menahan ego. Tentang pentingnya toleransi. Dan tentang keutamaan menahan
marah. Karena bagi yang mampu menahan marah, tersedia surga sebagai balasannya.
Comments
Post a Comment