Menggali Azzam
Bunda : “Gimana, Mas, sekolahnya hari ini?”
Azzam: “Baik, alhamdulillaah, lancar” dengan ekspresi dan nada super datar.
Aiih, bunda mulai bosan dengan jawaban standar dan super flat Azzam. Padahal jika
pertanyaan yang sama bunda ajukan untuk Sasha, maka jawabannya akan sangat
panjang dan berapi-api. “Tadi to bun, bla..bla…bla… trus to..bla..bla..bla. Nha
jadinya bla…bla..bla…” dan baru berhenti kalau sudah distop “Gantian dik Tita
yang crita ya, Kak”. Jadi, untuk urusan info sekolah Azzam, bunda jadi tak begitu
banyak berharap akan mendapat banyak cerita dari Azzam sendiri. Beruntung
sekarang sudah jamannya sosial media, guru dan wali murid sudah bisa ngumpul di
group WA untuk saling bertukar info. Tapi tetep saja bunda penasaran, bagaimana
supaya bisa mengorek banyak cerita tentang apa yang sudah dilaluinya di
sekolah.
Baik, bunda siap berinstropeksi diri. Pasti ada yang tidak
beres dengan bunda, sehingga belum bisa menggali info dari Azzam. Tampaknya,
jawaban standar Azzam dipicu oleh pertanyaan bunda yang juga sangat standar. Mmm…kayanya
sih begitu ya. Selama ini, tiap bunda melangkah masuk rumah sepulang kerja,
saat tiga malaikat kecil itu berhamburan keluar menyambut kedatangan bunda seraya berteriak menjawab salam bunda, Bunda langsung melempar pertanyaan “Gimana
nak, seru sekolahnya hari ini?”. Biasanya sih yang pertama kena jatah
pertanyaan si sulung Azzam, yang lalu pasti akan dijawab dengan tiga kata
andalannya “baik, Alhamdulillah, seru/lancar”. Barang kali, karena hal tersebut
sudah menjadi hal yang sangat rutin bunda tanyakan tiap bunda pulang kantor,
maka sudah tidak lagi menjadi sesuatu yang menarik bagi Azzam untuk dijawab.
Well, meskipun kesimpulan ini tidak berlaku untuk adik-adiknya ya, yang tetep
antusias berebut bercerita melaporkan kegiatan hariannya. Yah, lain anak lain
pula penanganannya pastinya.
That’s why, sore kemarin bunda mulai bermanuver. Karna hari
itu adalah hari pertama UTS, so bunda harus bisa mendapat cerita lengkap dari
Azzam, eh..secuil deh, ga lengkap juga ga papa. Sepertinya Azzam tidak nyaman
dengan sebuah ‘pertanyaan’, makanya ia enggan menjawab. Jadi, begitu bunda
datang, salim, cipika cipiki, peluk-pelukan, bunda tidak langsung menyerangnya
dengan pertanyaan. Bunda biarkan dia berlari kembali ke kertas gambarnya. Sementara
bunda masih terus dibuat riweh dengan reportase Sasha dan Tita sambil bebersih
diri di kamar.
Usai sholat magrib lanjut tilawah, seperti biasa
masing-masing sudah siap sedia dengan agenda pilihan masing-masing. Sasha yang
sedang senang-senangnya membaca, sudah memilih buku Barney untuk dia baca.
Tita, follower sejati kak Sasha juga
sudah siap dengan tas punggung merahnya yang berisi penuh piranti belajarnya,
siap nongkrongin kakaknya, menunggu dan mengamati sang kakak untuk selanjutnya
ia tiru aksinya. Azzam, masih perlu sedikit dipancing dulu. Bunda minta dia
menyiapkan buku materi ujian esok hari. Sambil menemani Azzam menyiapkan buku,
bunda mulai melancarkan aksi korek-mengorek. “Wah, tadi gampang mesti ya mas,
soal ujiannya. Iya lah, kan kemarin persiapan kita mateng banget ya”. Eh..benar
saja, Azzam langsung merespon kalimat bunda itu dengan serentetan kalimat informatif
mengenai ujiannnya “iya bun, gampang banget. Soalnya tu gini bun..bla..bla..bla…
pas sebelum masuk kelas, dikasih pertanyaan dulu lho bun, bla..bla..bla..”.
Kemudian mulailah terjadi percakapan umpan balik yang seru tentang kisah ujian
hari ini, antara Azzam dan Bundanya.
Yah,intinya adalah, bunda harus lebih banyak bersabar. Beri
Azzam waktu. Menunggu, sampai waktunya tepat bagi Azzam untuk merasa nyaman
memulai cerita. Dan yang lebih penting adalah, bunda harus lebih kreatif dalam
menyusun kalimat ‘pancingan’ yang ga itu-itu aja, untuk bisa menggali informasi
sebanyak-banyaknya dari si kalem Azzam.
Comments
Post a Comment