Come and See My World

Pemuda Bermanfaat


Gambaran Penduduk Desa Mungguk
Pic source: Dok Dratia Eka
Usai menidurkan Azzam dan Sasha, mata sepertinya belum juga mau ikut terpejam, maka kuputuskan untuk menemani ayah di meja makan, menikmati snack ringan sambil menyaksikan film di TV. Lepas pukul 21.00, saya mengamati iklan rokok mulai bermunculan di TV. Ada satu iklan rokok yang cukup menarik perhatian saya waktu itu. Dalam iklan tersebut digambarkan tentang beberapa kelompok anak muda dengan berbagai hobi mereka yang boleh dibilang ekstrim, bermain skate board di dalam sebuah gua, ski air dan off road. Sama sekali bukan hal buruk. Tapi mungkin karena itu semua ditampilkan untuk mengusung sebuah produk bernama rokok, maka persepsi saya pun tergiring ke arah penilain yang kurang bagus. Lalu saya teringat akan sebuah proposal hebat yang dikirim oleh sekelompok mahasiswa UI ke meja saya beberapa hari yang lalu. Saya pun mulai membandingkan keduanya. 

Pemuda dengan hobi yang penuh tantangan tentu tidak salah. Terlebih di tengah situasi trend pergaulan yang makin tak jelas ini, tidak bersentuhan dengan dunia narkoba atau tawuran saja itu sudah syukur Alhamdulillah.  Apalagi pemuda yang sudah dapat menentukan apa kegemarannya, lalu mau dan konsisten menekuni hobinya itu, tentu harus kita apresiasi. Tapi saya akan memperbandingkannya dengan si mahasiswa UI yang mengirim proposal ke kantor tempat saya bekerja. Dratia Eka, namanya. Ia adalah seorang mahasiswi fakultas ilmu keperawatan UI angkatan 2010, bersama empat orang kawannya mengajak kami untuk turut terlibat dalam kegiatan amalnya bertajuk Menuju Blang Cerdas, menyediakan buku-buku bacaan untuk anak-anak di desa Mungguk Gelombang, Sintang, Kalimantan Barat, sebuah desa yang terletak dekat dengan perbatasan Indonesia – Malaysia. Dalam proposal tersebut diceritakan betapa masyarakat di sana masih jauh dari kata layak untuk dapat menikmati fasilitas pendidikan dan ekonomi. Bangunan sekolah yang tak layak pakai, minimnya fasilitas belajar, dan akses keluar-masuk desa tersebut pun masih sangat sulit untuk dijangkau. Bayangkan, masih butuh 1 hari 1 malam perjalanan darat lagi dari kota pontianak ke kota Sintang, belum lagi masih harus masuk ke desa Mungguk Gelombang yang hanya bisa diakses dengan melewati sebuah jembatan kayu yang sudah tak layak lagi. Membayangkannya pun hampir tak sangup rasanya. 

Dua aktivitas, yang semuanya dilakukan oleh pemuda, kegiatannya pun punya kemiripan yaitu sama-sama bergelut dengan alam dan petualangan. Hoby menaklukan alam dengan off road, surfing, dan sebagainya tentu butuh biaya besar. Sarana dan prasaranya sudah pasti tidak murah. Belum lagi biaya untuk hunting lokasi yang pasti jauh dan sulit pula untuk di akses. Selain nyali, juga butuh biaya besar untuk melakukannya.  Sama halnya dengan apa yang dilakukan oleh Dratia dan teman-temannya. Lokasi yang sangat jauh dengan medan yang sulit dijangkau, butuh kendaraan khusus untuk menujunya, maka anggaran yang dicadangkan dalam proposal khusus untuk biaya transportasinya pun terbilang tidak sedikit. Nyali juga sangat dibutuhkan disini. Selain untuk menempuh perjalanan yang keras, mereka juga membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri yang luar biasa untuk menggerakkan berbagai pihak agar mau terlibat menyukseskan program mereka ini, termasuk kepada Tiga Serangkai, perusahaan tempat saya berkeja.

Sekarang coba kita berhitung dengan menimbang manfaat apa yang bisa diraih oleh masing-masing kegiatan tersebut.  Kepuasan. Ya, keduanya akan merasakan kepuasan batin yang tidak dapat dinilai dengan uang. Meskipun sama, namun kepuasan yang menurut saya berbeda tingkatannya. Pemuda dengan hoby ekstrimnya, akan merasa sangat puas jika mampu menaklukan tantangan demi tantangan yang di targetkan. Tapi kepuasan untuk dapat ia nikmati sendiri. Memuaskan kegemarannya, keinginannya dan bahkan nafsunya.   It’s all about them self.

Kepuasan yang berbeda dengan apa yang akan dirasakan oleh Dratia dan teman-temannya jika misi yang mereka perjuangkan telah tuntas dilaksanakan. Kepuasan membantu anak-anak sekolah yang serba kekurangan fasilitas belajar, dengan menyediakan mereke berbagai macam jenis buku bacaan. Kepuasan membantu penduduk desa dengan kemampuan ekonomi yang sangat lemah, dengan bekerjasama membangaun sebuah koperasi. Kepuasan yang tak hanya dapat dirasakan oleh Dratia dan teman-temannya, melainkan oleh seluruh penduduk desa, juga kepuasan bagi pihak-pihak yang telah terlibat di dalamnya.

Saya kurang tau bagaimana komposisi jumlah antara mahasiswa dengan pemikiran yang luar biasa tersebut dibandingkan dengan pemuda-pemuda yang, maaf, hanya mau mengejar obsesi pribadinya saja dengan tingkat kepedulian terhadap sekitar yang kurang di Indonesia tercinta ini. Saya hanya berfikir, andai saja pemuda dengan kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya, tidak perlu terlalu lebar menarik garis, cukup di lingkungan kampungnya saja misalnya, jumlahnya lebih banyak, tentu akan sangat melegakan. Paling tidak memberikan pengharapan jika mereka sudah mulai memegang tongkat estafet kepemimpinan negeri ini nanti, akan dapat memberikan perubahan dan perbaikan untuk bangsa. Karena tidak lagi hanya ada diri mereka sendiri dalam hati dan pikiran, melainkan masih banyak masalah yang harus mereka pikir, lakukan dan tuntaskan.  Semoga.   

Comments

Popular Posts