Kelahiran Normal Setelah Operasi Caecar
www.etsy.com |
Saya akan sebut diri saya sebagai
ibu yang beruntung karena dari dua proses kelahiran untuk dua buah hati saya,
saya berkesempatan untuk merasakan kelahiran normal dan ceacar. Lalu jika
ditanya, “sakit mana, normal apa caecar?”. Maka jawabku, semua sama beratnya.
Proses kelahiran normal saat melahirkan azzam juga memberikan kenangan sakit
yang luar biasa karena kontraksi, meskipun akhirnya kami memutuskan untuk
menggunakan ILA, sehingga saat bayi lahir, saya bisa menjalaninya dengan sangat
relaks dan santai, tanpa ada rasa sakit. Suasananya persis seperti waktu senam
hamil. Dokter memberi aba-aba untuk mengejan, dan sayapun bisa mengejan dengan
penuh khidmad.
Sedang saat melahirkan Sasha,
dokter terpaksa memutuskan untuk melakukan tindakan Caesar karena detak jantung
bayi mulai melemah, sedang proses pembukaan tidak kunjung bertambah. Tidak ada
sakit saat operasi berlangsung. Tapi sesudahnya, panas, nyeri dan sakit di
daerah luka jahitan bekas operasi mulai terasa. Terlebih saat harus memiringkan
badan atau saat berusaha bangkit dari posisi berbaring, wow…sakitnya aduhai!.
Meskipun kedua teknik tersebut sama beratnya (bagi saya), dan jika saya bisa memilih, saya tetap akan memilih untuk menjalani proses kelahiran normal. Sakit di awal, tapi semua selesai begitu bayi sudah lahir. Karena itulah, dikehamilan ke tiga ini, saya benar-benar sangat berharap Allah akan mengijikan saya untuk bisa melahirkan secara normal.
Kami pun, saya dan suami, mulai
banyak berburu informasi mengenai kemungkinan melahirkan normal setelah operasi
Caesar. Saat berkunjung ke Obgyn, saking penasarannya, suamipun tak ragu-ragu
langsung menodongkan pertanyaan kepada sang dokter dengan pertanyaan “Nanti
bisa lahiran normal gay a, dok?”. Dokter menjawab dengan singkat dan pasti
“Tetap dimungkinkan, dengan peluang fifty-fifty”. Lalu melanjutkan jawaban
tersebut dengan uraian yang menjelaskan beberapa kondisi yang harus terpenuhi
agar proses kelahiran normal setelah operasi caecar, yang sering disebut dengan
istilah VBAC (Vaginal Birth After Cesarean), dapat berlangsung. Sementara itu,
saya pun juga sudah banyak membaca artikel mengenai hal yang sama, berharap
semakin banyak informasi yang saya dapat, maka sayapun dapat mempersiapkan segala sesuatunya dengan lebih baik.
Dari penjelasan dokter, dan beberapa
keterangan yang saya dapat, proses kelahiran normal setelah operasi caecar
masih sangat mungkin untuk dijalani. Namun ada syarat-syaratnya. Berikut
rangkumannya:
- Pasien dan dokter yang menangani setuju untuk melakukan VBAC.
- Pasien sudah mengetahui risiko lahir VBAC untuk dirinya sendiri dan untuk bayinya, yaitu ada kemungkinan robeknya bekas luka operasi di rahim yang bisa terjadi kapan saja saat melahirkan (rupture uteri) dan apa akibat yang mungkin terjadi pada bayi dan ibu. Bila setuju, ibu harus menandatangani inform consent bahwa risiko komplikasi tersebut dapat terjadi.
- Indikasi operasi caesar sebelumnya bukanlah karena panggul sempit, karena kalau panggul sempit artinya ibu ini memang tidak bisa melahirkan normal.
- Posisi kepala bayi ada di bawah.
- Air ketuban tidak pecah lebih dahulu dan kontraksi rahim terjadi secara alami tanpa induksi.
- Kehamilan tidak lewat waktu atau post term.Tebal segmen bawah rahim (dapat dilakukan USG saat usia kehamilan 36 minggu) lebih dari 3 mm.
- Tidak ada indikasi obstetri untuk operasi seperti letak janin lintang, letak ari-ari di bawah, atau air ketuban yang berkurang.
Selain
terpenuhinya syarat-syarat tersebut di atas, Dokter juga memberikan tips
agar bayi dapat lahir tidak melewati due datenya. Pertama, harus rajin
jalan-jalan. Dan kedua, saat usia kehamilan memasuki bulan ke 9, maka harus sering
dilakukan ‘pancingan’ alami. Yang beliau maksudkan adalah, aktivitas sex harus
digiatkan pada masa akhir usia kandungan ini. Karena, dalam sperma terkandung
sebuah enzim yang dapat merangsang terjadinya kontraksi pada rahim. Nhah, sounds easy, right? tapi itu adalah dua
hal yang tidak mudah untuk dilakukan dengan ukuran perut sebesar bass drum dan badan
seberat 1,5 – 2 kali berat normal tubuh. Tapi, Bismillah…Pasti bisa!
Source:
Dr.
Soffin Arfian, SpOG
Dr.
Kartika Hapsari, SpOG di http://id.berita.yahoo.com
Comments
Post a Comment