Come and See My World

Berkunjung ke Panti Asuhan Al Ihsan



Azzam n Sasha bersama anak-anak panti
Libur Ramadan yang bertepatan dengan libur sekolah memaksa saya untuk berpikir lebih keras mencari berbagai ide kegiatan untuk mengisi hari-hari  Azzam dan Sasha sehingga mereka dapat tetap sibuk sepanjang hari tanpa harus melibatkan kehadiran TV di tengah-tengah mereka. Dari beberapa agenda yang tersusun, ada satu kegiatan yang bagi saya sangat penting dan patut untuk diagendakan secara rutin, yaitu kunjungan ke panti asuhan.

Bermula dari ajakan seorang rekan kantor yang mengundang saya untuk bergabung menyemarakkan acara road show kunjungan dan buka bersama anak-anak panti asuhan di solo dan sekitarnya selama bulan Ramadan ini, yang digagas oleh departemen headnya, seketika saya langsung ingat anak-anak dirumah. Saya berfikir, kegiatan semacam ini akan sangat bermanfaat bagi anak-anak untuk menumbuhkan rasa kasih sayang dan kepedulian terhadap mereka yang kurang beruntung.

Sejak malam sebelumnya, saya sudah mulai mengabarkan rencana kunjungan tersebut pada Azzam dan Sasha. “Nak, besok siap-siap, kalian ikut bunda, ya, sepulang bunda dari kantor, kita main ke panti asuhan ya”. Langsung disambut teriak kegirangan oleh keduanya “Horeee….besok ke pantaaiii asuhan!!!”. Waduh, salah paham rupanya. Lalu buru-buru saya koreksi. “Bukan pantai, mas, tapi paan-tiii asuhan”. Seketika mereka terdiam, lalu muncul pertanyaan berikutnya yang sudah saya perkirakan sebelumnya “Panti asuhan itu apa, bunda?”. Karena sudah saya duga sebelumnya, penjelasan mengenai pertanyaan tersebut lancar mengalir karena sudah saya persiapkan, dibumbui dengan sedikit cerita  tentang sulap yang menjadi  salah satu materi acara di sana, untuk menarik antusiasme mereka. Mendengar paparan bunda, mulai tampak ekpresi penasaran muncul dari wajah mereka.

Kamis (25/06), seperti yang sudah rapi direncanakan, kami segera menyusul kru Tiga Serangkai yang sudah lebih dahulu bertolak ke Panti Asuhan Al Ihsan di daerah Jajar, Solo. Sepanjang perjalanan, Azzam dan Sasha bergantian meluncurkan pertanyaan-pertanyaan seputar suasana seperti apa yang kira-kira akan mereka jumpai di panti asuhan nanti. Nanti anak-anaknya sudah SD apa TK, bunda? Kenapa mereka ga punya ayah ibu, bunda? Ayah ibunya pergi kemana? Ada mainannya ga disana? Dll. Ffiiuh…tidak mudah ternyata, mencoba bersabar menjawab satu per satu pertanyaan yang saling bersahutan sembari clingak-clinguk mencari jalan ke panti yang belum kuketahui sebelumnya. Berbekal secarik kertas berisi petunjuk arah menuju lokasi, serta setelah berhenti beberapa kali untuk menanyakan alamat, Alhamdulillah kami berhasil menemukan panti asuhan tersebut.

Saat kami datang, semua anak-anak panti dan para pengasuh sudah berkumpul bersama tim dari Tiga Serangkai mendengarkan tauziah dari ustad pengisi acara. Kami segera duduk dibarisan belakang. Setelah duduk beberapa saat lamanya, Azzam mencondongkan badannya ke arah bunda untk membisikkan sebuah pertanyaan yang membuat saya geli “Bund, anak panti asuhannya yang mana, bund?”. Dengan tersenyum saya menjelaskan bahwa semua anak-anak yang sedang duduk di sini adalah anak panti asuhannya. Rupanya Azzam mengira hanya ada satu orang yang disebut anak panti. Dia tidak menyangka akan ada sedemikian banyaknya anak yang tidak memiliki ayah ibu.

Keceriaan menyaksikan pertunjukan sulap

Memang sungguh mengharukan. Melihat wajah-wajah manis dan tatapan polos anak-anak yang tidak lagi berayah dan beribu itu benera-benar membuat hancur hati ini. Membayangkan mereka harus melewati hari-hari dengan berjuang sendiri, hanya didukung sarana dan prasarana yang serba terbatas, tanpa belaian dan pelukan sayang sosok ayah ataupun ibu. Menatap mata-mata indah itu, mengingatkan saya untuk selalu bersyukur bahwa saya memiliki lebih dari cukup fasilitas dan curahan kasih-sayang orang tua untuk melakukan banyak hal. Hal ini pulalah yang ingin saya tanamkan pada Azzam dan Sasha, tentang pentingnya mensyukuri nikmat yang telah Alloh limpahkan kepada mereka.


Alhamudlillah, Azzam dan Sasha belajar banyak hal sore itu. Mereka berkesempatan menyaksikan secara langsung kemandirian anak-anak panti, hal yang wajib mereka tiru dan terapkan dalam keseharian mereka. Mereka belajar berbagi, merasakan sensasi bahagia saat melihat ekspresi bahagia yang terpancar dari wajah orang lain. Mereka juga belajar mengasah kepekaan mereka, melatih kepedulian terhadap sesama, belajar bahwa hidup ini tidaklah hanya terpaku pada kepentingan diri pribadi saja, melainkan ada banyak hal diluar sana yang harus mereka perhatikan dan pikirkan.

Narsis dulu sebelum pulang

Comments

Popular Posts