Sudah Sewindu!
Fffiuuuhh… siang ini, panasnya bener-bener ga lucu! Jalan kaki menuju kantor usai makan siang yang sebenarnya cuma butuh waktu 5 menit, berasa seperti sejam. Di sepanjang jalan, selain sibuk memilih sisi
trotoar yang ternauingi pepohonan, kusempatkan memanjatkan doa.
“Ya, Alloh, kiranya Kau berkenan mendatangkan sesorang yang
dengan tulus ikhlas merelakan kakinya untuk menginjak rem kendaraan yang ia
tumpangi untuk menepi dan mengajakku ikut serta lalu mengantarkanku ke tujuan,
aamiin.”
Tak berselang lama
kemudian, sebuah motor menepi tepat disampingku. Seketika aku menghentikan
langkahku lalu menengok ke kanan. Masya Alloh, sungguh Alloh teramat sangat
menyayangiku. Ia tak hanya mengirimkan seseorang yang baik hati mau menawari tumpangan,
namun juga seseorang yang ganteng luar dalam. Hahahay.. Andai tak ingat sopan
santun dan etika di muka umum, sudah guling-guling kegirangan aku, melihat sang
suami yang nangkring di atas motor siap memberikan tebengan.
Sebuah kebetulan yang menyenangkan. “kebetulan” yang
kesekian kalinya, sejak peristiwa kebetulan yang paling pertama. Yaitu saat aku
dan teman-teman satu geng duduk melingkar menunggu jam kuliah di depan BEM, lalu menyibukkan diri dengan
mempermainkan sebuah penggaris plastik yang kami putar. Salah satu dari kami
mengusulkan “Yang kena ujung penggarisnya, besok dapet jodoh si PH!”. Si PH
adalah inisial untuk menyebut kakak tingkat yang rupawan yang belum kami kenal
tapi sudah kami incar untuk jadi obyek materi becandaan kala itu. Beberapa kali
putaran, aku belum juga kena ujung penggaris itu. Tapi berkat kengototanku untuk
minta diulang, akhirnya dapet juga ujungnya. Hahahha…
And so after all it said and done… waktu berlalu, dan penggaris
itupun sudah terlupakan, namun akhirnya si PH itu menjadi ayah dari anak-anakku.
What a beautiful coincidence!! (red:kebetulan yang maksa).
Finally, bersyukur memang tak cukup hanya dengan mengucap
hamdalah saja. Atas semua kebetulan-kebetulan indah yang telah Alloh timpakan
padaku selama 8 tahun terakhir ini, harus kusikapi dengan aksi nyata sebagai
wujud syukurku padaNya. Maka dengan ini, kutuliskan sebuah prasasti.
“Duhai, Suamiku, Ayah dari buah hatiku, aku berjanji akan berusaha sekuat tenagaku untuk menahan diri untuk tidak ngambek saat mood swing menerpaku. Aku berjanji untuk selalu menyungging senyum termanisku setiap saat, setiap waktu, termasuk saat kau sedang khusyuk nonton bola. Aku berjanji akan jadi partner paling menyenangkan bagimu dan jadi ibu yang asyik untuk jagoan dan putri-putri cantikmu.
Maka Alloh, mampukan aku untuk menepati janji-janjiku, dan ijinkan aku untuk dapat berdiri tegak dengan lengan terbuka di pintu jannah, menyambut suami dan anak-anakku berlarian memasuki pintu itu. Aamiin”
Comments
Post a Comment