Belajar Mengelola, Bukan Membelanjakan
Pic source: travel.kompas.com |
Banyak orang tua mengeluhkan
kebiasaan anaknya yang gemar jajan, sampai-sampai si orang tua harus merogoh
kocek dalam-dalam untuk memenuhi kebutuhan jajan sang anak, karena jika tidak
dituruti, si anak akan marah, ngambeg bahkan sampai mengamuk. Jelas, ini tidak
boleh terjadi pada anak-anak saya. Ditambah lagi, ketika saya mencoba berkaca
pada diri sendiri, dan menyadari bahwa saya adalah seorang yang kurang mampu
mengelola keuangan dengan baik (catat ya, hanya kurang, bukan tidak mampu),
benar-benar membuat saya bertekad bulat untuk
mengoreksinya dan berusaha memastikan anak-anak saya tidak mencontohnya.
Saya belajar banyak dari teman-teman dan berbagai sumber lain tentang bagaimana memperkenalkan uang pada
anak tanpa harus membuatnya menjadi penggila jajan. Alhamdulillah sangat
efektif ketika saya terapkan pada Azzam dan Sasha. Coba saja ajak Azzam dan
Sasha ke warung atau supermarket, maka reaksi yang mereka tunjukkan saat
melihat jajaran makanan yang umumnya menggoda anak-anak, tidaklah terlalu
berlebihan. Tidak merengek, meronta-meronta untuk dibelikan jika menginginkan
sesuatu, tetapi hanya akan berkata “Bunda, Azzam ambil ini ya?”. Dan tidak akan
marah jika bunda menolaknya.
Apa yang saya pelajari agar anak
mengenal uang tetapi tidak hobby jajan, dan telah saya coba terapkan juga untuk
Azzam dan Sasha, diantaranya adalah:
Menyediakan snack dan makanan sehat dan aman di rumah. Dalam daftar
belanja bulanan pasti akan tercatat daftar aneka snack untuk kami beli sebagai
persediaan cemilan Azzam dan Sasha selama satu bulan. Aneka snack ditempatkan
di lemari yang jauh dari jangkauan anak-anak. Dan akan disajikan sesuai dengan
waktu dan porsi yang sesuai, so tetap dalam kendali bunda tentunya.
Memperkenalkan teknis membeli snack dan makanan. Jangan sekali-kali
memanggil abang tukang jualan apa aja yang lewat di depan rumah, karena ini
akan memberikan contoh pada anak bahwa membeli jajanan bisa dilakukan dengan
semudah itu. Cukup panggil si abang, dapat deh makanannya. Membiasakan membeli
sesuatu di tempat khusus, akan lebih baik bagi pemahaman anak tentang cara
membeli sesuatu. Sebagai contoh, jika ingin membelikan ice cream untuk si
kecil, lebih baik membelikannya di mini market, dari pada menyetop penjual ice
cream keliling yang lewat di depan rumah. Maka anak akan paham jika
menginginkan sesuatu, dibutuhkan effort yang lebih untuk mewujudkannya.
Tidak menjadikan Mall sebagai tujuan berekreasi. Nha, ini yang
terkadang sulit untuk saya lakukan. Namanya juga sedang belajar, pasti ada
bagian tersulitnya (ngeles). Pada prinsipnya saya setuju sekali untuk tidak
terlalu sering mengajak anak ke mall untuk mengisi waktu luang. Nge-mall
cenderung mengajarkan budaya konsumtif pada anak, karena sebagian besar
aktivitas dalam mall adalah aktivitas membelanjakan uang. Sebenarnya ada banyak
alternative tempat yang bisa dijadikan tempat hang out yang cocok untuk
anak-anak, selain mall. Tapi mungkin ga senyaman dan seadem mall kali ya, jadi
mall masih menjadi tujuan utama para orang tua mengajak anak-anak menghabiskan
waktu luang, termasuk saya. So, satu point ini masih menjadi PR saya
untuk dapat segera saya aplikasikan.
Pengenalan bagaimana mengelola uang, bukan menggunakan uang. Ini
bagian terpentingnya. Satu tanyangan menarik di minggu pagi, di sebuah stasiun
TV swasta, menjelaskan bahwa yang terpenting dalam memperkenalkan konsep uang
pada anak bukanlah mengajarkan bagaimana cara menggunakan uang, melainkan
bagaimana cara mengelola uang dengan baik. Sebuah penelitian di USA,
membuktikan bahwa hampir semua orang dewasa yang mampu mengelola uang dengan
baik, adalah orang yang masa kecilnya sudah diperkenalkan cara mengelola uang
dengan baik pula. Anak perlu tahu bahwa aktivitas membeli atau berbelanja
bukanlah satu-satunya fungsi dari uang. Anak perlu dipahamkan bahwa uang itu
dapat ditabung, dikumpulkan sedikit demi sedikit untuk digunakan di masa
mendatang. Anak juga perlu diajarkan bahwa uang juga dapat disedekahkan,
disalurkan kepada mereka yang tidak mampu. Setelah dipahamkan maka selanjutnya
adalah mengajak anak untuk berlatih mengelola uang. Dicontohkan dalam tayangan
tersebut, jika kita memberi uang saku kepada anak, maka kita jelaskan kepadanya
bahwa uang tersebut sebaiknya dibagi untuk tiga keperluan,
sebagian untuk jajan, sebagian ditabung dan sebagian lagi disedekahkan.
Uangnyapun disediakan dalam pecahan yang memudahkannya membagi untuk
kepentingan-kepentingan tersebut. Baiklah, akan saya lakukan tips ini untuk Azzam dan Sasha nanti.
Lagi-lagi, ketauladanan dan konsistensi
menjadi kunci utamanya. Maka saya menyadari sepenuhnya bahwa saya harus
memperbaiki diri terlebih dahulu, demi menjadi figure contoh yang baik bagi
anak-anak saya, sebelum meminta mereka melakukan apa yang saya mau. Insyaallah.
Comments
Post a Comment