Negosiasi
Suatu pagi, sebelum berangkat ke
kantor.
Azzam : (merengek)
“Bunda jangan kerja to, aku kan libur, bunda di rumah aja…”
Bunda : (menenangkan) “Azzam kan besok mau sekolah TK trus nanti SD
kan, nha kita harus punya uang banyak supaya bisa sekolah. Kalau bunda ga
kerja, tabungan kita ga akan cukup, nanti ga bisa sekolah, gimana?”
Azzam : “Aku ga
mau sekolah aja. Azzam suka kalau bunda di rumah”
Tampaknya penjelasan bunda masih terlalu rumit untuk Azzam. Harus
disederhanakan.
Bunda: “Eh..Azzam pengen punya teropong, kan? Nha…biar kita bisa beli
teropong, bunda harus kerja, supaya kita punya uang untuk beli teropongnya”.
Azzam: “Pakai uang ayah aja. Biar ayah yang kerja, bunda di rumah aja”.
Bunda: “lhoo..harga teropong kan mahal, nak. Uang ayah ga akan cukup,
harus ditambah pake uang bunda juga”
Azzam terdiam, tampak sedang mempertimbangkan argumen bunda.
Bunda: “Ok, ya mas. Bunda berangkat dulu ya, mas Azzam ga boleh rewel di rumah, OK?”
Azzam:
(mengangguk) “Iya. Tapi besok kita jadi beli teropong ya?”
Bunda: “Iya,
sayang. Nanti kalau tabungan kita sudah cukup ya?”
Kami pun berpelukan. Cium pipi
kanan kiri dan dahinya, lalu bunda ucapkan salam. Azzam menjawab salam dengan
senyum, seraya melambaikan tangan kanannya.
Comments
Post a Comment