TV, I Hate You but I Want You!
pic source: myhartono.blogspot.com |
Seorang teman ayah mengeluhkan
polah tingkah anaknya yang seusia Azzam, yang makin sering memukul dan mencakar
teman bermain, dan pembantunya. Dengan nada penuh bijak, ayah mencoba mengajak
si teman untuk mencari tahu sebab musabab hal tersebut bisa terjadi. “Di rumah,
Bunga suka nonton tivi apa, mbak?”. Satu pertanyaan itu langsung membuat resah
si teman, dan segera mengkonfirmasinya ke rumah, menanyakan apa yang sering
dilihat putrinya di rumah. Maklum, karna si ibu memang jarang di rumah, karna
beliau sama sibuknya seperti ayah, harus bekerja di luar kota, sehingga sangat
menyita waktu bermain dengan anak. Dari laporan sang pembantu, ternyata memang
si anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton sinetron bersama sang nenek
dan pembantu. Ayahpun langsung membandingkannya dengan Azzam dan Sasha.
Kami memang sangat concern dengan
apa yang anak-anak kami lihat dan tiru. Karna satu yang kami yakini adalah
nature semua anak adalah meniru semua yang ia lihat. Jadi kami harus memastikan
hanya hal-hal baik saja yang mereka lihat, dengar dan rasa untuk dapat mereka
tiru. Terlebih untuk urusan TV, saya benar-benar khawatir dan tidak rela jika
harus membiarkan anak-anak mengkonsumsi tayangan-tayangan yang tersiar di semua
program, di semua stasiun TV lokal, catat, semua! Bahkan untuk program ber
genre anak-anak pun saya tetap menemukan hal-hal yang menjadi sebab saya tidak
rela membiarkan anak saya menontonnya. Belum lagi deretan iklan yang muncul di
setiap tayangan. Iklan yang tidak sesuai dengan usia anak, hadir di program
anak-anak, benar-benar membuat saya ngeri jika hal-hal tersebut ditiru oleh
anak-anak.
Saat ini, kami tidak serta
meniadakan TV dari ruang keluarga kami, karna tidak bisa kami pungkiri bahwa
kami juga memerlukan keberadaan kotak ajaib tersebut. Hanya saja kami mulai
mengatur jam nyala TV di rumah kami, sejak anak pertama kami mulai menginjak
usia 1 tahun. Selain mengatur jam menonton TV, kami juga membatasi tayangan
yang boleh ditonton oleh si kecil, dengan hanya menyajikan channel khusus
balita. Dan kami harus berterima kasih kepada Baby first, Jim Jam dan Disney
Junior, yang menjadi channel andalan kami untuk menemani anak-anak bermain. Sejauh
ini kami belum menemukan kelemahan dalam semua program acara di channel-channel
tersebut. Sebaliknya, perkembangan penguasaan bahasa Indonesia Azzam sangat
pesat berkat rajin melihat Handy Manny, Mickey Club House, World Word, dan lain-lain,
pesat dan sesuai dengan susunan tata bahasa yang benar, sungguh mengesankan.
Tapi tetap saja, semua hal yang
berlebihan tentu akan membawa dampak buruk. Sebaik-baiknya acara TV, kalau
dikonsumsi secara berlebihan, saya yakin hasilnyapun tetap tidak baik. Untuk itu,
kami tetap berusaha konsisten untuk tetap menerapkan pembatasan jam menonton TV
untuk anak-anak (meskipun agak susah diterapkan) ;)
ki berarti kudu TV langganan ya bun? *siap2 sukmben nggo anakku*
ReplyDeleteisih suwe ya? wkwkwk..
bukan solusi juga. aku sempat lengganan TV kabel setahun. dampaknya, balita ketagihan nonton kartun, n susah distop. solusi paling tepat adalah, No TV at home. hehehehe
ReplyDelete