Come and See My World

Gendut! Lucu Sih, Tapi Sehatkah?

Azzam, dulu
Sejak lahir Azzam belum pernah mencatat sejarah kurus sampai di tahun ke tiga kehidupannya. Track pada KMS nya selalu berada di atas garis hijau (garis ideal), bahkan pernah keluar dari jalur warna. Tak heran jika saat melihat Azzam semua orang pasti akan berkomentar “Iiih..ndundutnya, lucu banget bun, bayinya!”. Siapa yang tidak bangga jika semua orang terlihat gemas sambil mencubiti pipinya yang tembem. Rasa bangga itu tiba-tiba berbalik menjadi sebuah kekhawatiran saat berat badan Azzam mencapai puncaknya sekitar Februari yang lalu. Waktu itu Azzam berusia tepat 3 tahun, dengan berat badan mencapai 25 kg. 

Saat saya mulai kesulitan untuk memilihkan baju yang sesuai dengan usia, berat dan bentuk tubuhnya. Saat komentar orang-orang mulai terdengar berubah, dari pujian menjadi kekagetan “Ya ampun, Bun, kok Azzam gedhe buanget sekarang?”. Dan saat mendengar statement miring seorang dokter anak kawakan di Solo perihal anak dengan dengan berat badan berlebih “Jadi Ibu kok seneng anaknya gendut!”. Saat-saat itulah membuat saya menjadi sangat khawatir dengan laju pertumbuhan berat badan Azzam. Saya mulai khawatir Azzam akan mengalami obesitas. Sedangkan saya paham betul tentang akibat yang akan ditimbulkan oleh obesitas di kemudian hari.


Lalu sampailah saya pada satu titik, dimana saya merasa harus melakukan sesuatu untuk mengendalikan laju pertumbuhan berat badan Azzam. Kalau tadinya kelebihan berat Azzam lebih disebabkan karena konsumsi susu formula yang terbilang berlebih, maka saya mulai putuskan untuk menekannya, dengan segera menyapihnya dari pernggunaan botol dan dot.  Alhamdulillah berhasil. Setelah melalui 3 hari proses penyapihan yang melelahkan, Azzam mulai tidak meminta susu selama ia tidur di malam hari, seperti sebelumnya. Berat badannya pun mulai berangsur menurun. Terlebih saat disusul sakit diare yang memaksanya harus dirawat di rumah sakit, berat badannya mulai mendekati  track KMS yang seharusnya.

Azzam, sekarang
Kini, setelah 6 bulan berlalu, saya kembali dirundung kekhawatiran. Kali ini kahwatir melihat berat badan Azzam yang makin menurun, alias makin kurus. Hadeeh…galau total deh. Gemuk, kegendutan. Giliran pas kurus, terlalu kurus. Jelas saja Azzam makin kurus karena ia tidak lagi mau mengkonsumsi susu sebanyak dulu. Dia hanya bisa menikmati susu saat disajikan dalam botol dan dot, tidak di gelas, atau tempat minum lainnya. Ditambah lagi, selera makannya yang terus menurun, menolak segala jenis sayuran dan buah, sedang aktivitas fisiknya makin bertambah. Kini berat badan Azzam tinggal 18 kg.

Hingga suatu hari, seorang rekan berkomentar saat melihat Azzam “lho bun, kok Azzam kurus banget sekarang, kasian deh bun!”, sontak membuat saya termangu, serasa dunia berhenti berputar saat itu, lalu berpikir “Salahkah keputusan saya untuk mengendalikan berat badan Azzam 6 bulan yang lalu itu?”. Disusul satu peristiwa lain, suatu siang Ayah mengirimi sebuah poto Azzam yang diambil Desember tahun lalu, membuat saya langsung terkesima melihat tubuhnya yang begitu besar. Lalu membandingkannya dengan Azzam yang sekarang. Saya langsung berkomentar “duuh Yaah, bunda jadi sedih nih, Azzam kok jadi kurus ya!”.

Untungnya saya segera tersadar, setelah dengan sangat bijaknya suami saya menjawab kegundahan saya tersebut dengan hanya satu kalimat “Tenang, bunda. Bunda akan jadi lebih sedih jika bunda tetap membiarkan Azzam dengan badannya yang overweight…”. Ya, Ayah benar. Akan ada banyak bahaya mengintai kesehatan Azzam kelak, jika berat badannya terus di atas angka ideal. Jadi, mungkin Azzam tidak lagi mendapat predikat ‘balita ndundut dan lucu’, tapi itu jauh lebih baik bagi kesehatannya, terhindar dari bahaya obesitas dengan sederet komplikasi bisa ditimbulkan olehnya. Insyaallah. Intinya, saya harus menyadarkan diri saya untuk tidak terlalu risau dengan penurunan berat badan Azzam. Akan lebih baik bagi saya untuk lebih memperhatikan keseimbangan asupan gizi dari makanan yang Azzam konsumsi. Mengupayakan segala cara agar ia tertarik dan mau makan sayuran dan buah-buahan, itu lebih urgent. Ayo, Bunda pasti bisa! Bismillah.



Comments

  1. nah, kan kebanyakan galau karena komentar orang.. hehe

    yg penting ibu hepi, anak sehat dan hepi juga, mbak..

    pokoknya setiap ibu tahu yg terbaik lah buat bayinya... :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahaha....betul betul! padahal udah pede banget lho, tapi tetep aja sempat goyah ma komen orang. yah...saya hanya manusia biasa, hehehe. betul, ibu tau yang terbaik untuk anaknya!

      Delete

Post a Comment

Popular Posts