Come and See My World

Aku, Dia dan Bola


khusyuk nonton bola
Semua tahu Kakandaku suka bola, hobby bola bahkan penggila bola (baca: nonton bola). Siaran bola jam berapa saja, selalu disempatkan untuk nonton. Mau siaran lansung, tunda, bahkan siaran pertandingan bola 20 tahun silam pun masih telaten beliau nikmati. Jika badan sudah bersandar di sofa dan remote ditangan, jemari otomatis akan menekan channel dimana siaran bola ditayangkan. Ekstrimnya, saat anak-anak sedang asik nonton Barney, tetap saja nekat mengganti channelnya. Alhasil anak-anak langsung jejeritan menolak keras tindakan ayahnya.  


Itu baru tentang bola di TV, belum soal bacaan, outfit, asesoris sampai sprei. Semua bacaan yang Ayah beli dan baca jelas yang bernuansa bola. Jangan tanya berapa kaos bola yang beliau punya, uncountable. Untungnya beliau sama dalam satu hal dengan saya, sama-sama menolak ide batik bola, jadi Ayah tidak punya satupun. Menurut kami memadupadankan dua hal yang sangat berbeda culture tersebut malah merusak pakem, merusak keindahan batik dan mengurangi tingkat keeksklusifannya. Huh..nglantur. Kembali ke topik. Dan yang paling update, Ayah belanja sprei, tentu saja dengan motif bertema bola. Dari memilih ukuran sprei, memastikan bahan, sampai memasangkannya di kasur, beliau lakukan sendiri. Fenomenal! 

Saya sebenarnya tidak keberatan dengan hoby tersebut, sama sekali tidak. Bahkan saya sudah berusaha untuk juga bisa menyukai olahraga tersebut, dengan tujuan supaya bisa having fun sama-sama, tapi tetap tidak bisa menikmatinya. Namun ketika aktivitas berbau bola dilakukan dengan frekuensi yang diluar kewajaran, hingga mengurangi perhatian pada hal-hal penting lain disekelilingnya, maka saat itulah bola saya anggap sebagai pengganggu.  Mari bandingkan, mana yang lebih penting, melihat siaran ulang pertandingan bola yang sudah berlangsung 10 tahun yang lalu, dengan menemani anak yang sedang sangat ingin bermain? Atau sebelum itu jawab dulu yang ini, apa pentingnya sih nonton siaran ulang pertandingan bola yang sudah usang banget? 

Tapi saya yakin kaum pria, penggemar bola khususnya pasti akan punya jawabannya. Ada saja alasan untuk membenarkannya. Ujung-ujungnya, si wanitalah yang malah terkesan bawel, rewel dan sok usil main larang-larang nonton bola. Ok, kalau begitu, begini saja, let’s make a deal! Silakan nonton bola, kalau anak-anak sudah tidur, kalau rumah sudah rapi, dan kalau bunda sudah kasih lampu ijo. Sounds fair, right?  

Comments

  1. wkwkwkwk, soalnya siaran bola usang yang disiarkan di TV pastilah pertandingan fenomenal Mbak..

    Misalnya nih kalau tahun 2050 diputer ulang siaran bola tahun 2030 antara Indonesia vs Brasil dengan skor akhir 10-0 (10 ina lho), pastilah jadi tontonan wajib! *berkhayal sedikit*

    --> mantan penggemar bola

    ReplyDelete
    Replies
    1. masak siiih...trus penting untuk diliat berulang-ulang ya? hehhehe...sing mbelani mesti akeh banget deh.

      Delete

Post a Comment

Popular Posts