Perkenalan Saya dengan "Pendidikan Berkarakter"
pic source: smallbiztrends.com |
Sedikit prolog sebagai pengantar
tentang bagaimana saya bisa mengenal istilah Pendidikan Berbasis Karakter Bangsa.
Istilah baru yang sedang giat didengung-dengungkan oleh pemerintah, sebagai
upaya menjawab masalah yang tengah dihadapi bangsa ini, masalah lunturnya nilai-nilai
luhur yang menjadi karakter bangsa ini. Suatu metode dalam sistem pengajaran
dengan memasukkan 18 nilai-nilai karakter bangsa ke dalam semua mata pelajaran
untuk semua jenjang sekolah. Ke 18 nilai
tersebut adalah religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, demokratis, mandiri, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial
dan tanggung jawab.
Ya, nilai-nilai tersebut memang
mulai memudar, buktinya semakin banyak tawuran massa, dari anak sekolah,
mahasiswa, sampai warga kampung makin suka menggunakan tawuran sebagai alat
komunikasi mereka. Sudah tidak risih lagi saat membuang sampah sembarangan,
tidak malu saat menerobos barisan antrian, dan makin maraknya tindak korupsi di
semua lini. Berharap dengan langkah pemerintah dengan menggiatkan pelaksanaan
pendidikan berbasis karakter bangsa ini, dapat kembali menumbuhkan nilai-nilai
luhur tersebut. Tentu saja, keberhasilan pelaksanaan misi ini bukan hanya
menjadi tugas pemerintah dan sekolah saja, melainkan orang tua dan keluarga
turut mengemban peran dan tanggung jawab besar untuk ikut serta menyukseskannya.
Lalu bagaimana bentuk
aplikasinya? Khususnya bagi kita orang tua, apa yang harus kita lakukan demi
terbentuknya karakter baik pada anak-anak kita? Pada prinsipnya, ada 3 hal yang
harus dilakukan secara terintegrasi dalam menerapkan pendidikan berkarakter.
1.
Membuat
anak tahu mana yang baik dan yang buruk
Jangan menunggu usia tertentu untuk memperkenalkan
mana yang baik dan yang buruk pada anak kita. Menjelaskan perbedaan tugas dan
kegunaan tangan kanan dan kiri, memperkenalkan tata cara makan dan minum yang
benar, menjelaskan mengapa tidak boleh membuang sampah sembarangan, akan sangat
efektif diperkenalkan pada anak sejak usia dini.
2.
Membuat
anak cinta pada kebaikan dan membenci keburukan
Membuat anak terbiasa dengan hal-hal yang baik, sangat
penting ditanamkan sejak dini pula. Terbiasa bermain bergantian, tidak suka
memaksakan kehendak, terbiasa menjaga kebersihan lingkungan, dan tidak suka
membuang sampah sembarangan, akan menumbuhkan kecintaan anak pada hal-hal yang
telah biasa ia lakukan tersebut.
3.
Membuat
anak mau dan mampu melakukan kebaikan
Jika anak sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk, kemudian bisa mencintai hal baik dan membenci yang buruk,
selanjutnya adalah memastikan mereka untuk mau melakukannya, mengaplikasikannya
di kehidupan sehari-hari.
Konsistensi mutlak diperlukan
untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan pada anak. Kerjasama yang baik dari semua
pihak, orang tua, keluarga, sekolah, guru, murid dan pemerintah akan turut
menjadi faktor penentu keberhasilan dan efektifitas pelaksanaan pendidikan
karakter bangsa ini. Semoga upaya ini benar-benar mampu mewujudkan bangsa dan Negara
Indonesia yang lebih baik dan lebih bermartabat. Amin.
Comments
Post a Comment