Jangan Bilang "Jangan!"
Saking seringnya kata “Jangan!”
dan “No!” diucapkan, sering kali yang ada malah anak makin mengabaikannya. Bahkan
terkadang saat anak sedang melakukan aksi bahayanya, kita harus membutuhkan
sepuluh kali kata “Jangan!” untuk mendapatkan perhatiannya. Sedangkan maksud
hati adalah berusaha untuk mendisiplinkan anak dengan cara dan pendekatan yang
lebih baik. Sebenarnya ada banyak pilihan kata atau cara lain yang dapat kita
pakai sebagai pengganti kata yang paling sering kita gunakan tersebut. Baik
untuk alasan menghindarkan buah hati kita dari masalah dan bahaya ataupun
mengajarinya mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, sebaiknya
mari gunakan cara yang lebih baik dan pendekatan yang lebih efektif dari pada
menggunakan kata jangan.
Susun ulang kalimat perintahnya. Rubah susunan kata perintah yang
biasa kita gunakan, agar dapat lebih menarik perhatian anak. Mengganti kata
jangan dengan mengatakan dengan jelas apa yang bisa ia lakukan sebaliknya. Daripada
berteriak “Jangan main bolah di dalam rumah!”, misalnya, akan lebih baik jika
kita ganti kalimatnya dengan “Yuk nak, kita main bola di halaman rumah.” Atau
misalkan ia sedang asik mengerjakan sebuah karya seni dan menumpahkan lem ke
lantai, maka yang dapat kita lakukan untuk menolongnya adalah dengan meletakkan
selembar koran sebagai alas agar tumpahan lem tidak mengotori lantai. Dengan
demikian, masalah dapat teratasi tanpa harus menghentikan anak dengan
kreativitasnya. Jika kita membutuhkan sebuah aksi cepat untuk menghindarkannya
dari bahaya, maka akan lebih baik jika kita menggunakan kata peringatan seperti
“Berhenti!”, “Awas!”, “Bahaya!”, “Panas!”
Tawarkan beberapa pilihan. Anak usia prasekolah biasanya sedang
sangat ingin merasa bebas dan berkuasa. Jadi, daripada memilih menggunakan
kata-kata penolakan yang itu-itu saja, saat anak merengek meminta permen sesaat
menjelang jam makan siangnya, lebih baik menawarkan padanya dua pilihan, “mau
anggur, atau dikupasin apel, nak?”. Atau memperbolehkannya memilih permen
kesukaannya untuk ia makan, tapi setelah makan siang. Meskipun pada awalnya ia
tidak tertarik dengan pilihan yang kita tawarkan, lambat laun ia akan belajar
untuk menerimanya.
Alihkan perhatiannya. Biasanya anak usia pra sekolah sangat mudah
untuk dialihkan perhatiannya. Misalnya, saat sebuah patung permen besar
tiba-tiba menarik perhatiannya saat di supermarket, segera saja tunjukkan
betapa bagusnya cahaya yang terpantul di kaca di sepanjang lorong, atau alihkan
dengan pertanyaan “enaknya kita makan siang apa ya?”. Dan sementara itu segera
menjauh dari hal yang menjadi sumber godaan baginya.
Hindari masalah. Kapanpun kita bisa, selalu usahakan untuk
menjauhkan anak kita dari segala sesuatu yang berpotensi membuat kita untuk
berkata jangan misalnya dengan menyediakan lingkungan yang aman baginya untuk
dapat berpetualang memuaskan rasa keingintahuannya. Pastikan rumah kita aman
untuk anak, dengan meletakkan barang-barang berbahaya dan berharga jauh dari
jangkauan anak. Carikan tempat yang aman baginya untuk bebas berkeliaran,
seperti taman bermain, halaman rumah. Tentu saja kita tidak dapat mengisolasi
anak agar terhindar dari situasi yang memungkinkan kita berkata jangan, tetapi
paling tidak akan lebih memudahkan kita untuk mengawasi anak, dan membuat kita
lebih sering berkata “iya”, jika kita memberikan batasannya.
Abaikan gangguan-gangguan kecil. Kehidupan sudah menyajikan banyak
sekali kesempatan berarti untuk mengajari buah hati kita tentang disiplin,
tidak perlu kita mencari-cari tambahannya lagi. Misalnya, jika ia sedang asik
bermain di genangan air, sedangkan kita sudah siap untuk segera pulang, kenapa
tidak kita biarkan saja dulu, tunggu sampai ia merasa puas bermain. Atau jika ia
bersikeras untuk tetap memakai kostum tarinya saat pergi tidur, kenapa tidak
kita biarkan, toh tidak ada hal yang membahayakan. Lebih baik jika kita
memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk memuaskan hasrat petualang,
bersenang-senang dan bereksplorasi anak kapanpun itu. Jika semua sudah
dipastikan aman dan kita tidak perlu lagi berkata tidak, maka biarkan saja.
Katakan dengan sungguh-sungguh. Jika perilaku anak sudah mulai
melampaui batas, dan alternative lain selain berkata jangan sudah tidak efektif
lagi, maka tidak perlu mengomel. Katakan dengan tegas, namun tetap lembut,
dengan wajah dan tatapan mata penuh keyakinan “Jangan! Tidak boleh menarik ekor
kucing itu.” Gunakan kalimat larangan yang singkat namun jelas. Dan jangan
menggunakan kalimat yang membingungkan, misalnya hanya dengan berkata “Jangan..jangan
ya nak”, karena pesan yang disampaikan dengan tidak jelas, tidak akan dapat
mencegahnya untuk melakukan hal yang kita larang. Lalu jika ia mau merespon,
berikan senyuman atau pelukan dan ikuti dengan memberikannya pujian “pinter…
anak bunda memang anak sholeh!”
Source : www.babycenter.com
Comments
Post a Comment